The Villainess Paint a Picture Chapter 13


Chapter 13


Itu adalah buku sketsa yang penuh dengan gambar yang memberikan kesan amatir dan kaku.

Mustahil bagi Violet untuk menganggapnya bagus. Sama halnya jika kita tidak menyukai seseorangmendengar suaranya saja sudah membuat kita merasa jengkel.

Violet dapat menangkap maksud sebenarnya Aileen. Begitu ia menerima buku sketsa itu, sebuah seringai merekah di bibirnya.

Karena selama ini Aileen menggunakan taktik lama yang sama—sejak mereka masih kecil, bahkan—sepertinya Aileen tidak akan menyimpang jauh dari pola yang sama sekarang.

'Aku ingin tahu. Apakah dia akan pergi jika kusiram teh ke wajahnya?'

Violet telah melakukannya puluhan kali sebelumnya, namun Aileen tidak pernah menyerah. Di masa lalu, demi tujuan mengusir Aileen, Violet dengan penuh ketidaksabaran berpikir untuk melakukan beragam tindakan.

"Aku cukup yakin bahwa kamu telah dilarang masuk ke area ini. Tapi mungkin karena itulah yang membuatmu datang ke sini kan?"

"Tidak sama sekali! Aku.., aku datang berkunjung karena aku sangat merindukanmu, Unnie."

"Mulutmu itu pandai mengoceh, seperti biasa."

Saat mengatakan, Aku merindukanmu, Unnie, mata Aileen menyipit seperti bulan sabit. Namun, segera setelah itu, ekspresinya berubah seketika.

Lihatlah betapa cepatnya wajah gadis ini berubah.

Meskipun telah ditampar dan dilempar teh berkali-kali sebelumnya, ia tetap rela muncul di depan Violet tanpa ragu. Dia melakukan semua itu, namun mengapa dia membuat ekspresi seperti itu sekarang setelah sekali sanggahan?

Perhatian Violet kembali tertuju pada buku sketsa yang diberikan Aileen padanya.

"Baiklah, dan kamu yang menggambar ini."

"Ya! Aku hanya ingin menemukan sesuatu yang bisa kita samakan, Unnie... Aku masih cukup buruk dalam hal itu, kan?"

Aileen tersenyum polos.

Pada gilirannya, Violet menyesap teh lagi sambil membolak-balik halaman buku sketsa.

Secara obyektif, gambar-gambar Aileen bagus sekali. Sepertinya itu adalah jenis karya seni yang ia buat dengan susah payah selama berhari-hari, dan tentu saja, di bawah bimbingan seorang profesional.

—Tapi hanya sebatas itu saja.

'Gambar yang memberikan nuansa mirip ujian seleksi mahasiswa.'

Violet tanpa ragu mengkritiknya. Lukisan Aileen terlihat bagus, memang, tapi lukisannya kaku.

"Umm, kalau tidak keberatan, bolehkah aku melihat karya seni Unnie juga?"

"Aku tidak mau."

"Hah?"

"Aku bilang tidak."

"T-Tapi kamu melihat karya seniku, Unnie, jadi..."

Ketika Violet menolak permintaannya, kemudian timbullah air mata Aileen. Air mata menggenang di sudut matanya.

Ekspresi Violet kian tegas.

'Kaulah yang memaksakan hal ini padaku dan membuatku melihat lebih dulu.'

Violet menjawab dalam hati. Dia merasa sakit kepala sekarang, jadi dia menekan pelipisnya dengan lembut.

Gadis ini menunjukkan karyanya terlebih dahulu setelah itu meminta timbal balik, namun ketika Violet menolak, sekarang dia hendak menangis.

Pada akhirnya, Violet adalah satu-satunya orang jahat di sini.

Melihat rencana gadis itu yang sudah jelas, Violet meletakkan buku sketsanya.

"Aku hanya... aku hanya ingin melihat karya seni Unnie... Tapi kamu menolaknya dengan dingin, hiic. Seharusnya itu sudah cukup..."

"Itu yang kamu katakan, tetapi itu bukan alasan yang cukup bagiku untuk menunjukkan karya seniku padamu."

"Hiic..."

Meskipun dia dihadapkan pada penolakan yang tegas, Aileen tetap menolak untuk mundur.

Ada begitu banyak hal dalam hidup ini yang tidak mungkin diselesaikan dengan air mata saja. Namun, malaikat kesayangan Rumah Everett adalah seorang pembuat keajaiban. Dia mampu menyelesaikan banyak hal dengan air matanya.

Violet merasakan rasa pahit di mulutnya. Satu-satunya yang terlihat gelisah adalah Mary, yang berdiri di dekatnya. Aileen terisak lebih keras lagi.

"Jadi, kamu memaksakan diri masuk ke tempat yang seharusnya terlarang bagimu, hanya karena ingin melihat karya seniku. Benar-benar menyebalkan."

"Unnie..."

"Kamu sepertinya menganggap kata-kata Tuan Duke hanya sebuah lelucon. Kamu diberi perintah. Bukankah seharusnya kamu memastikan untuk mengikutinya?"

"Kamu begitu kejam. Bagaimana mungkin kamu mengabaikan perasaanku seperti ini?"

Memang baik untuk bersikap fleksibel tergantung pada situasinya, tapi tentu saja berbeda jika ada aturan yang tidak bisa ditawar.

Violet mendecakkan lidahnya saat dia mempertimbangkan tindakan Aileen. Dia bersikeras melakukan apa pun yang dia inginkan dan terus mengabaikan aturan.

Matanya kemudian beralih ke arah Mary, yang berada di sampingnya.

Meskipun itu bukan niatnya, fakta bahwa Violet telah membuat Aileen menunggu di luar selama empat jam pasti akan menyebar ke seluruh kediaman bangsawan besok.

"... Masih seperti biasa, kamu benar-benar terus melakukan sesuatu tanpa mempedulikan perilakumu."

Violet memberi isyarat kepada Mary.

Tak lama kemudian, pelayan itu bergegas mengambil buku sketsa yang telah digambar Violet sampai sekarang.

Mary membukanya di depan Aileen.

Lihatlah dan perhatikan, lalu pergilah.

Violet berharap Aileen segera pergi dari hadapannya.

"Wow, karya senimu..."

Sekarang dia akhirnya mencapai tujuannya, Aileen tersenyum dan mengembalikan buku sketsa Violet.

Buku itu penuh dengan coretan-coretan yang sangat sedikit. Tidak masalah jika itu diperlihatkan kepada orang lain.

"Menarik sekali. Aku tidak akan pernah menggambar sesuatu seperti ini."

"......"

"Caramu mengekspresikan berbagai hal melalui garis-garis ini sungguh khas. Aku ingin tahu, bagaimana Unnie membuat lukisanmu terlihat seperti ini... Pastinya, Unnie sengaja menggambar dengan cara yang sangat berbeda dari gaya seni yang populer sekarang ini, bukan? Seperti yang sudah diduga, karya Unnie benar-benar unik."

Kemudian, Aileen memperhatikan pakaian Violet.

Mendengar hal ini, Violet menyeringai sinis.

"Kalau menurutmu aku tidak bisa menggambar dengan baik, katakan saja langsung. Kenapa harus pakai cara-cara rumit?"



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama