Chapter 12
hal yang mustahil jika kunjungan Aileen adalah untuk menyenangkan hati Violet.
Dia baru saja meminta agar gadis itu dilarang masuk ke paviliun, tapi mengapa dia sekarang datang ke bagian properti sang Duke?
Violet mendecakkan lidahnya saat mendengar kabar itu dari Mary, yang kini menjadi pelayan pribadinya.
Saat dia masih menjalani kehidupan sepenuhnya sebagai Violet, dia tidak bisa memahami Aileen sama sekali. Dan sekarang setelah ia memiliki kesadaran Ha-yoon juga, semakin sulit untuk memahami Aileen.
"Aku tidak ingin bertemu dengannya. Katakan padanya untuk kembali."
Baru sekarang dia akhirnya bisa bernapas dengan nyaman, tapi mengapa masalah terus menerus datang mengejarnya?
Mary, yang telah menjadi pembawa pesan, buru-buru bergegas untuk memberi tahu tanggapan Violet kepada Aileen, namun dia kembali tidak lama kemudian.
"N-Nona, dia mengatakan tidak akan pergi sampai dia melihat Anda..."
Sikap keras kepala Aileen yang gigih juga merupakan sesuatu yang hebat.
Mary tanpa berkata-kata mencoba mengukur reaksi Violet sejenak, kemudian Mary mengatakan bahwa Aileen membawa buku sketsa.
"Ha, aku kehabisan kata-kata, sungguh..."
Aku sudah pergi dan pindah ke tempat yang jauh ini, tapi apa kau mengatakan bahwa kau mengejarku hanya untuk memprovokasiku?
Bangkit dari tempat duduknya, Violet mengusap wajahnya dengan tangan, tindakannya menunjukkan betapa kesalnya dia.
"Aku sudah mengatakan bahwa dia harus pergi. ... Mary, ayo kita makan makanan ringan."
"I-Iya?"
Haruskah kita melakukan itu?
Pertanyaan itu terpampang jelas di wajah Mary, tapi bukannya menjawab, Violet hanya tertawa.
Dengan bingung, Mary mengikutinya.
* * *
Para pegawai paviliun sudah pasrah untuk bekerja di tempat ini.
Nona baru yang mereka layani sekarang memiliki temperamen yang kejam—cukup untuk memberinya beberapa julukan yang mengerikan—jadi mereka semua hanya menundukkan kepala, mencoba bertahan sambil terus bekerja.
Tetap saja, hanya ada empat pelayan biasa dan dua pelayan dapur. Meskipun paviliun itu kecil, sulit bagi hanya enam orang untuk menangani semuanya. Mereka harus bekerja bergantian untuk saling menutupi satu sama lain.
Dan mereka semua merasa kasihan pada Mary, yang terkadang harus tinggal di sisi nona itu.
Masing-masing dari mereka menolak posisi sebagai pelayan pribadi Violet, sehingga posisi itu mau tidak mau jatuh ke pangkuan sang pemula.
Namun, berlawanan dengan kekhawatiran mereka, Mary memberi tahu karyawan lain di paviliun bahwa Violet tidak seperti yang digambarkan oleh rumor yang beredar.
Bahkan ketika suasana dipenuhi dengan nuansa muram dan simpatik terhadapnya, Mary membela tuannya sampai akhir.
Seorang pelayan, yang telah bekerja di sini lebih lama dari Mary, mengingat kejadian di mana Violet memerintahkannya untuk memotong lidah karyawan lain.
Pelayan ini tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mary sekarang, tetapi dia juga tidak menyangkal bahwa Violet telah berubah.
Faktanya, Violet sering berbagi makanan dengan Mary.
Dan Mary adalah seorang gadis yang sederhana. Siapa pun yang berbagi makanan dengan orang lain, menurutnya, adalah orang yang baik.
Dengan demikian, di dalam paviliun, kesan orang-orang terhadap Violet berubah sedikit demi sedikit.
"Maksud aku, mungkin dia berubah karena dia hampir mati dan hidup lagi.
'Mungkin dia akhirnya mulai merenungkan tindakannya.
"Ya ampun, Tuan Putri yang begitu sombong, seakan-akan dia adalah pusat dari seluruh dunia?
'Saat itu, Tuan Muda mungkin sudah kelewatan saat dia datang kemari dan membentaknya seperti itu. Bagaimanapun juga, dia adalah adik perempuannya.
Ini semua adalah hal yang positif.
Citra Violet akan menjadi lebih baik sekarang, dan itu semua berkat pembelaan Mary terhadapnya.
Namun, pada saat itulah...
Aileen datang lagi.
Dan mereka semua dengan cepat menyadari bahwa sifat asli Violet tidak berubah.
* * *
"Ya ampun, sudah berapa jam sekarang..."
Meskipun sudah awal musim semi, embun beku musim dingin belum sepenuhnya mereda.
Dalam cuaca seperti itu, Aileen tiba sambil mengenakan gaun tipis, memohon untuk masuk agar bisa mengunjungi kakak perempuannya.
Dan meskipun Violet menyuruhnya pergi dan menolak untuk menemuinya, Aileen tetap menunggu berjam-jam.
Para pelayan memperhatikan Aileen yang gemetar di luar paviliun, karena kasihan melihatnya, mereka memberinya selimut tipis.
Putri kedua House Everett yang seperti malaikat itu membalas dengan senyuman.
"Terima kasih. Aku memakai ini agar aku bisa tampil lebih rapi di depan kakak perempuanku, tapi aku tidak tahu kalau akan sedingin ini."
Dan pernyataan inilah yang membuat Violet benar-benar jijik.
"Haa, aku bisa gila... Suruh saja dia masuk."
Setelah lebih dari empat jam, Violet lah yang mengibarkan bendera putih.
Sekali lagi, rumor pasti akan beredar tentang bagaimana dia menggertak adiknya dan membuatnya menunggu di pintu depan selama itu.
Violet menghela napas, menekan pelipisnya yang berdenyut.
Di masa lalu, bahkan jika satu hari penuh datang dan pergi, dia tidak akan pernah membiarkan Aileen masuk. Tapi karena cuaca sekarang, mau bagaimana lagi.
"Unnie...!"
Setelah dibiarkan menunggu di luar selama empat jam pada awal musim semi, Aileen akhirnya memasuki ruang tamu kecil. Pipinya memerah.
Dibandingkan dengan Violet, yang sama sekali tidak peduli dengan penampilan luarnya, Aileen masih sangat cantik.
Violet harus menghembuskan nafas dalam-dalam lagi, hanya untuk menenangkan diri. Ia menahan kesabarannya dengan genggaman yang kuat, jangan sampai tangannya terpeleset dan menuangkan teh ke wajah gadis itu.
"Hic, hiic... Aku sangat mengkhawatirkanmu. Mendadak kamu mengurung diri di tempat ini, dan kamu bahkan bilang tidak mau bertemu denganku dan saudara-saudara kita..."
Huh, nggak ada alasan bagiku untuk bertemu dengan orang yang kubenci, kan?
Sambil menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata kasar ini, Violet berusaha mempertahankan senyum di bibirnya.
Rasa teh pahit dari paviliun ini membanjiri indranya jauh lebih kuat dari biasanya.
"T-Tetap saja, aku senang bertemu denganmu lagi. Unnie, kamu juga senang bertemu denganku lagi, kan?"
"... Aku akan senang jika wajahmu jauh dari pandanganku."
"Unnie, wajahmu terlihat kuyu... Aku yakin itu karena kamu banyak menderita di sini, kan?"
"... Haa."
Wajah Violet jauh dari kata kuyu.
Sebersih apa pun lingkungannya sekarang ini dari semua tekanan yang memperburuk kesehatan mentalnya, wajahnya sama bersihnya dari noda apa pun.
Sambil menebak-nebak perasaan batin Aileen, Violet menyipitkan matanya.
Tatapan Aileen terus mengamati pakaian Violet.
Gaunnya yang tipis dan bernoda cat hitam sudah mulai robek di beberapa bagian. Itu adalah pakaian yang tidak sesuai dengan Violet yang biasanya anggun dan berpakaian rapi.
Mary melihat bolak-balik di antara kedua saudari itu. Lebih tepatnya, ke dua sepupu itu.
Violet mengenakan pakaian yang sudah tua dan tidak pantas, sementara Aileen mengenakan gaun yang baru dan lucu, yang cocok dengan penampilannya.
Namun demikian, yang mencengangkan di sini adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam kecantikan yang mereka miliki.
"Jadi itu yang ingin kamu katakan?"
"Tidak, tidak sama sekali! Umm. Kudengar Unnie sudah belajar melukis di paviliun ini."
"......"
"Itu sebabnya aku membawakan ini untukmu, siapa tahu kamu menyukainya."
Sambil mengatakan hal ini, Aileen dengan malu-malu menawarkan sebuah buku sketsa.