Koukyuu no Karasu Vol 1 Chapter 1 Anting Giok (Part 2) Bahasa Indonesia





 Volume 1 Chapter 1 - Anting Giok (Part 2)

Bedug yang menandakan tengah hari berbunyi, dan Koushun bersandar di kursinya karena kelelahan. Dengan ini, urusan resminya di pelataran luar telah berakhir. Para birokrat yang tiba di istana sebelum matahari terbit juga pulang pada jam ini.

"Yang Mulia."

Tepat ketika Koushun hendak berdiri dan meninggalkan ruangan, Direktur Sekretariat Un berbisik ke telinganya. Kanselir agung ini, yang memiliki janggut putih yang megah, sebelumnya adalah Pembina Agung Kantor Putra Mahkota dan ajudan dekat Koushun sejak dia masih muda.

"Istana Teirui tampaknya sedang dilanda kegelisahan."

Istana Teirui adalah vila di mana janda permaisuri dikurung.

"... Baiklah. Meiin."

Koushun memanggil seorang pria yang tampak intelektual berusia empat puluhan ke sisinya.

"Bagaimana aliran uang disana?"

"Sampai sekarang, tidak ada kegiatan yang mencurigakan," Dia, yang merupakan kepala sarjana kekaisaran, juga menjabat sebagai asisten menteri di Kementerian Keuangan, yang mengawasi keuangan pemerintah.

"Namun, kemungkinan besar ada aset tersembunyi. Lagipula, dia mengeluarkan pangkat resmi dengan kecepatan yang begitu cepat."

Janda permaisuri menggunakan posisinya untuk terus menerus menjual posisi pemerintah. Tetapi, uang yang disita tidak sesuai dengan jumlah yang diperkirakan.

"Jadi seperti yang diharapkan, gerakan kasim adalah kuncinya."

Direktur Biro Pelayan Istana mengangguk ketika semua mata tertuju padanya. "Baiklah, Yang Mulia."

Janda permaisuri tidak diam-diam mengundurkan diri dari tahanan rumah. Dia adalah wanita yang merayu atau mengancam kaisar sebelumnya dan merebut kekuasaan bersama dengan kerabatnya, dan kemudian memaksa Koushun untuk meninggalkan gelarnya sebagai putra mahkota. Tampaknya di antara para kasim, masih ada yang memiliki koneksi dengannya.

"Pada akhirnya, dia tidak bisa memahami kebaikan Yang Mulia."

Un menghela napas sambil mengelus jenggotnya dan meninggalkan ruangan setelah mereka menyusun rencana untuk tindakan balasan. Koushun membawa Ei Sei bersamanya ke istana batin, kediaman kaisar. Meskipun pekerjaannya di pelataran luar sudah selesai, dia masih harus melakukan apa yang dia bisa di pelataran dalam. Ada banyak yang harus dilakukan.

—Aku tidak mengampuni janda permaisuri karena kebaikan hati.

Koushun berpikir saat kereta kuda yang menuju ke pelataran dalam bergoyang.

Ketika dia memimpin Pasukan Terlarang utara untuk menyerbu istana permaisuri-mahkota saat itu, tapi tidak memenggal kepalanya, itu karena Koushun pada waktu itu tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk itu bisa dijadikan alasan. Jika dia membunuh permaisuri yang sangat berpengaruh, itu akan menyebabkan gelombang besar reaksi balik. Perebutan kekuasaan tidak dilakukan dengan sekali permainan go. Ibarat mengambil batu go satu per satu, sejak saat itu Koushun dengan stabil dan mantap memperoleh kekuasaan di istana. [TL: Go (atau kadang disebut igo di Indonesia) adalah sebuah permainan papan dimana dua pemain berusaha memperebutkan wilayah agar bisa menang. Permainan ini dianggap sebagai permainan papan tertua di dunia.]

Itulah sebabnya, sekarang dia bisa menghukumnya untuk dieksekusi. Hanya dengan kehendak Koushun, mereka bisa mengarang kejahatan untuknya dan mengeksekusinya. Sama seperti yang dilakukan janda permaisuri di masa lalu. Itulah yang namanya kekuasaan.

Namun, Koushun tidak melakukan itu. Dia menginginkan bukti yang tak tergoyahkan untuk menghukumnya.

"..."

Koushun menatap ke depan. Di depannya, dia bisa melihat Aula Gyokou, tempat tinggalnya, dan kediaman utamanya di belakang. Begitu jauh sehingga tidak bisa dilihat dari sini, ada sebuah istana yang disebut Istana Gyosou. Itu adalah istana yang sudah lama ditinggalkan, tertutup karat, atapnya membusuk, dan dindingnya menghitam karena jamur.

Pada usia tiga belas tahun, Koushun digulingkan sebagai putra mahkota dan pindah dari Istana Timur ke sana. Sejak saat itu, sampai dia berjalan ke istana permaisuri pada usia delapan belas tahun dan dikukuhkan kembali sebagai putra mahkota, dia hidup dalam situasi yang mengerikan sehingga dia harus khawatir tentang mendapatkan cukup makan setiap hari. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika dia tidak memiliki Ei Sei dan para ajudan yang diam-diam mendukungnya.

Ibunya Sha-shi terbunuh sebelum dia digulingkan. Dia diracuni. Permaisuri menyuruh salah satu kasimnya untuk menjebak pembantu ibunya, yang dengan cepat dieksekusi. Namun, tidak ada bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa ini adalah rencana permaisuri.

--Jika aku membunuhnya tanpa bukti yang pasti, berarti perbuatanku tidak lebih baik dari permaisuri.

Jika dia memaksakan segala sesuatunya berjalan sesuai keinginannya, pada akhirnya itu akan runtuh. Dia tidak ingin berjalan di jalan yang sama dengan janda permaisuri. Dia menginginkan alasan yang tak terhindarkan, sesuatu yang sempurna baik secara hukum maupun logika. Dia sangat menginginkannya sampai-sampai dia bisa merasakannya.

Sebagian orang menggambarkan Koushun sebagai orang yang rasional. Dia tidak didorong oleh emosi dan menghormati hukum. Yang lain menyebutnya penuh kasih sayang.

Koushun berpikir bahwa keduanya keliru.

Tidak ada yang tahu tentang kemarahan yang menggerogoti dadanya.

—Aku sangat ingin membunuhnya.

 

*

 

Aroma teh memenuhi ruangan di Aula Gyokou. Ei Sei meletakkan sebuah teko di atas kompor yang menyala dan sedang merebus teh. Dia mengambil garam dari mangkuk garam perak dan menambahkannya ke dalam air. Gerakannya yang lancar itu sangat indah.

Ei Sei menyendokkan teh yang sudah direbus ke dalam cangkir dan dengan hormat meletakkannya di depan Koushun.

"Tehmu, Dajia."

Ketika dia meletakkan cangkir itu ke mulutnya, cangkir itu diliputi uap lembut dan aroma yang jernih. Teh itu memiliki rasa yang lembut, dan ketika dia menelannya, kehangatan menyebar di perutnya. Kekakuan tubuhnya perlahan-lahan mengendur.

"Teh yang kamu buat masih yang paling enak."

Ketika Koushun mengatakan itu, mata Ei Sei menyipit senang. "Terima kasih banyak."

Dia adalah seorang kasim yang Koushun temui ketika dia berusia sepuluh tahun dan langsung dijadikan pelayan pribadinya. Ei Sei mungkin tahu preferensi dan pikiran Koushun yang terbaik.

"...Bagaimana hal itu berlangsung?"

Dia bertanya tanpa menyatakan secara khusus. Itu karena mereka tidak tahu apakah ada orang yang mendengarkan di luar ruangan. Ei Sei memahami hal itu.

"Tanda bunga osmanthus milik klan You."

Ei Sei menjawab singkat. —Koushun menyuruhnya menyelidiki tanda semacam memar di pergelangan tangan Jusetsu.

"Jika itu sebuah tanda, mungkin dia dulunya merupakan seorang budak klan."

"Ya."

Koushun terdiam. Memar yang tampak seperti kulit yang meradang itu ternyata bekas luka dari sebuah cap. Klan yang membeli budak akan mencap mereka seperti ternak.

Jusetsu dulunya budak rumah milik Klan You.

"Klan You?"

"Kepala mereka saat ini adalah seorang pejabat rendah. Mereka memiliki seseorang yang menjabat sebagai asisten menteri di Kementerian Aparatur Negara beberapa generasi yang lalu, tetapi mereka belum bisa lulus ujian sejak itu."

Kau tidak bisa menjadi pejabat senior kecuali kau lulus ujian. Ada banyak keluarga terkemuka yang hancur dengan cara ini.

"Mereka tidak memiliki reputasi bagus. Situasi keuangan mereka cukup baik untuk posisi resmi mereka. Ada desas-desus bahwa mereka memeras suap dan terlibat dalam perdagangan garam pribadi. Mereka juga tampaknya memperlakukan pelayan mereka dengan mengerikan. Rupanya, dia dijual kepada mereka pada usia empat tahun."

Koushun mengerutkan alisnya. Pada usia itu...

"Namun, Hamba tidak dapat memperoleh informasi tentang kehidupannya sebelum saat itu. Bahkan tidak jelas dari pedagang budak mana dia dibeli."

Ada berbagai keadaan bagi seseorang untuk menjadi budak. Seseorang bisa saja menjadi budak keturunan, seorang petani miskin dari daerah miskin, atau seorang anggota keluarga terhormat yang telah jatuh miskin.

Dengan penampilan Jusetsu, dia akan percaya jika seseorang mengatakan padanya bahwa dia dulunya seorang putri dari suatu tempat—.

"Aku pikir itu bukan ide yang baik untuk terlibat dengan seseorang yang tidak diketahui latar belakangnya."

"...Aku mengerti kekhawatiranmu, tapi ini perlu."

Ei Sei mengerutkan bibirnya. Dia memiliki raut wajah seperti itu ketika dia menuruti perkataan Koushun karena perkataan itu berasal darinya, tetapi dia tidak setuju dengan perkataannya itu.

"Mereka kemungkinan besar tidak tahu mengapa aku mengunjungi Raven Consort, dan mereka mungkin bingung apa yang harus dilakukan. ...Akan lebih membantu jika Raven Consort merupakan eksistensi yang menonjol."

Kemudian, suara Koushun menjadi lebih rendah.

"Apakah bawahanmu mengatakan sesuatu padamu?"

Dia bertanya. Ei Sei menjawab ke telinga Koushun. "Kasim dan dayang istana yang bersangkutan belum membuat gerakan apapun saat ini." Koushun telah memasang beberapa bawahan Ei Sei sebagai mata-mata di pos-pos utama.

"...Akan lebih mudah jika mereka segera bergerak."

Tidak sulit untuk mencekik sisi janda permaisuri. Dia tidak mengerti mengapa Koushun tidak melakukan hal itu. Wanita itu mengira dia masih memiliki kekuatan, meskipun kekuatan itu sudah terlepas dari tangannya.

Dia mengambil potongan Go-nya, satu per satu, membuatnya terpojok dan menghalangi jalan keluarnya. Itulah yang telah dilakukan Koushun sejak ia memenjarakan janda permaisuri.

Dia tidak bisa memaafkan wanita yang secara brutal membunuh ibu dan temannya.

Meskipun ruangan itu terang dengan cahaya pagi, sepertinya bayangan redup menyelimuti tubuhnya. Dia merasa seperti sesuatu yang berwarna biru-hitam sedang menggerogotinya dari ujung jarinya, dan dia membusuk dari dalam ke luar. Namun, dia tidak bisa menghentikannya. Kebencian dan kemarahan yang berkecamuk di dalam dadanya telah mengeras dan membekukan hatinya.

"Tinggal sedikit lagi..."

Berbisik cukup rendah sehingga Ei Sei mungkin atau mungkin tidak mendengarnya, Koushun meminum tehnya.

 

Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama