Konosuba Dust Spin Off Jilid 7 Prolog

Konosuba Dust Spin Off Jilid 7 Prolog

Prolog

"Yah, ini benar-benar gak berjalan mulus deh."

Aku menghela napas panjang saat aku berdiri di depan tubuh Katak Raksasa.

Seluruh tubuhku dipenuhi lendir, dan pundakku terasa berat.

"Seharusnya nggak seperti ini."

Setelah diusir dari negara itu, aku pergi ke kota Axel di negara tetangga.

Tempat ini terkenal sebagai kota bagi para petualang pemula, jadi sepertinya tempat yang tepat untuk memulai kehidupan baruku sebagai seorang petualang.

Aku berganti kelas dari Ksatria Naga menjadi Warrior dan menyegel tombakku, puas dengan satu pedang yang dihadiahkan Putri Leonor kepadaku, tetapi tidak bisa disatukan.

"Kalo punya tombak, aku bisa mengalahkan makhluk setingkat ini dalam satu pukulan."

Ini bukan bualan. Ini adalah fakta obyektif.

Senjata utama seorang Ksatria Naga adalah tombak. Mereka membawa pedang di pinggang mereka sebagai senjata cadangan, tetapi tidak ada gunanya dalam pertempuran yang sebenarnya. Oleh karena itu, kami kebanyakan berlatih dengan tombak dan jarang sekali menggunakan pedang.

"Aku tidak pernah menyangka mereka akan berbeda satu sama lain."

Menghindari serangan musuh tidaklah terlalu sulit, tetapi ketika harus menyerang, tombak dan pedang benar-benar berbeda. Gerakan kaki yang harus digunakan dengan pedang juga sangat berbeda dengan tombak, jadi terasa canggung bagiku.

"Kayaknya aku harus membiasakan diri."

Sejauh ini aku telah bekerja sendiri, tapi denger-denger para petualang biasanya pada berkelompok.

Aku mesti mulai mencari teman biar nggak terlalu lama sendirian.

Saat aku memikirkan hal itu, tiba-tiba aku mendengar suara pertempuran di kejauhan.

Aku menoleh ke arah sumber suara itu, dan melihat sekelompok petualang yang sedang bertarung.

Satu barisan depan dengan perisai di depan, dan seorang pengguna busur serta perapal mantra di belakang, ya.

Keliatannya mereka agak kerepotan, jadi aku memutuskan untuk membantu mereka. Walaupun aku masih berada di kota ini untuk waktu yang singkat, tapi nggak ada salahnya untuk berkenalan dengan beberapa orang.

Saat aku bergegas mendekat, aku meninggikan suaraku agar mereka tahu bahwa aku bukan musuh.

"Kelihatannya kalian kesusahan! Aku akan membantu!"

Sambil memegang pedang, aku dengan gagah berani melompat ke medan perang.

"Wah, terima kasih atas bantuannya!"

"Kami kekurangan daya serang. Kau sangat membantu!"

Pembawa perisai dan pemanah itu memberiku ucapan terima kasih. Aku hanya bisa melihat gadis penyihir itu dari belakang, tapi dia tampak mengangkat tongkatnya sebagai tanda terima kasih.

Mereka berada di atas tali sebelumnya, tapi hanya dengan tambahan satu barisan depan, arus pertempuran jelas bergeser ke arah kami.

"Kau mendapatkan rasa terima kasihku. Kau sepertinya seorang petualang ya, tapi kurasa aku belum pernah melihatmu di kota ini sebelumnya."

"Ahh, aku hanya berada di kota ini dalam waktu yang singkat."

Pria yang tampak lurus itu berterima kasih padaku setelah pertempuran selesai, dan aku dengan santai menanggapinya.

Ada banyak orang seperti dia di antara para ksatria, jadi dia mudah untuk diajak bicara.

"Ahh, kayaknya bakal susah kalo cuma Taylor yang jadi satu-satunya garda depan kita."

Pria berponi panjang ini dengan santai mengangkat bahunya, tampak tidak peduli, baik dalam perkataan maupun tindakan. Dia tampak cukup dekat dengan citra petualang preman yang aku coba ikutin.

"Kerja bagus, kita berhasil keluar dari situ. Makasih ya."

Si cewek penyihir yang membelakangiku dari tadi ini berbalik dan memberiku senyuman.

"Eh?"

Melihat wajahnya membuatku kaget.

Wajah orang yang sudah tidak bisa kulihat lagi tiiba-tiba ada didepan mataku.

"Kenapa kau melongo seperti itu? Apa ada yang ingin kau katakan tentang wajahku ini?"

Dia berkata dengan cemberut. Ekspersi kesalnya juga bisa dibilang mirip dengan sang putri.

Namun, itu tidak sama. Mereka memang mirip, tapi mereka bukanlah orang yang sama.

Hanya ada sedikit perbedaan di antara mereka berdua, tapi aku bisa membedakannya.

Ini tidak baik. Setiap kali aku bersamanya, aku teringat akan sang putri. Aku sudah memutuskan untuk move on dari masa lalu, jadi sebaiknya aku tidak terlibat dengannya.

"Tidak, maaf. Namaku Dust. Bolehkah aku tahu namamu?"

"Aku? Aku Rin. Salam kenal, Warrior dengan nama yang aneh..."

Dia menawarkan tangannya padaku sambil tersenyum, dan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Aku tahu seharusnya tidak bergaul dengannya, tapi...

"Aku sedang bekerja sendiri sekarang, tapi kalo nggak keberatan, bolehkah aku bergabung dengan Party-mu?"

Ketika aku menatap wajahnya, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama